Minggu, 15 November 2020

Cerita Pendakian Sagara ke Ibu

 

Gunung Sagara, Garut, Jawa Barat.

 

Bu, pekan lalu saat libur panjang Saya naik gunung lagi bu. Kali ini di daerah Garut bu. Namanya Gunung Sagara. Gak pernah tau gunung ini saya bu karena teman saya ingin ikut naik dan kondisi istri nya sedang hamil jadi memilih gunung yang dekat dengan rumah mertua nya di Sumedang, akhirnya terpilihlah Gunung Sagara di Garut Jawa barat.

Lumayan sulit mendapat info gunung ini bu. Kita dapat dari youtobe dan blog, itu pun terbaru nya februari 2020 dan di youtube hanya perjalanan motor saja, oiya sama suasana puncak. Jalur mobil, jalur pendakian, waktu pendakian dan juga medan pendakian tidak kita dapat bu. Karena melihat ketinggian gunung nya 2132 mdpl kami agak meringankan gunung ini dan berencana kemping ceria hehehe. Tapi tetap perlengkapan pribadi harus safety karena tidak tau bagaimana kondisi di atas.

Kami masih di Bekasi dan rencana akan berangkat hari selasa malam bu. Setelah perlengkapan pribadi dan kelompok lengkap kami meluncur ke sumedang. Oiya kami bertujuh bu.. eh tidak, kami berdelapan dengan adik bayi yang duduk nyaman di Rahim ibunya hehe.

Perjalanan ke sumedang kami pakai mobil Suzuki taft bu, punya temanku. Kurang lebih dari Bekasi ke sumedang melalui waktu tiga sampai empat jam perjalanan. Kami tiba kira kira jam setengah dua di rumah mertua kawan saya bu. Walau libur panjang jalan ke sumedang lumayan lengang bu, hanya di jumpai jalan merayap di beberapa titik. Oiya kami keluar tol di cileunyi bu dan melewati Universitas Padjajaran.

Sesampainya di rumah kami langsung disuguhi teh hangat. Dingin sekali di sumedang bu sampai-sampai teh panas jika terlalu lama di diamkan jadi esteh hehehe. Segar sekali di sini bu daerahnya di kelilingi perbukitan dan gunung-gunung cocok banget untuk bersantai saat menua. Mungkin ibu pernah ke daerah sini bu. Seingat saya ibu dulu tinggal di bandung kan? Hehe. Kami meninap semalam dan berencana hari rabu mulai pendakian.

Setelah bangun pagi (cenderung siang) kami siap-siap pergi ke pasar membeli keperluan perut untuk di atas gunung. Ke pasar kami tidak sendiri bu, ditemani AKAMSI (Anak kampung sini) hehe Ibu mertua dan istri serta anak nya teman saya bu hehehe. Setelah semua siap lalu berpamitan dengan ibu dan istri teman saya kami ber 6 berangkat ke Garut.

Kami sampai di basecamp gunung sagara via sagara setelah dua jam perjalanan dari sumedang. Sekitar jam dua sore setelah membereskan pendaftaran dan parkir mobil kami bersiap dan mengisi perut sebelum pendakian. Kurang lebih setelah ashar kami sudah siap mendaki.

Langit setengah mendung tapi kami percayadiri karena info dari pos pendaftaran lama pendakian hingga area camp tiga sampai empat jam. Baiklah sebelum malam betul kami sudah mendirikan tenda dan menghangatkan badan pikir kami. Dari pos pendaftaran ada jasa ojek hingga pos satu, tapi karena kami santai dan ingin mencoba tanpa ojek juga akhirnya kami putuskan tidak naik ojek bu. Setelah berdoa dan sorak yel-yel tidak jelas biar seru saja kami memulai pendakian.

Dari basecamp menuju pos satu melewati desa sagara. Jalanan di dominasi aspal dan cor cor an perkampungan, berjalan naik di aspal atau cor an lebih melelahkan dari pada di tanah bu, setelah melewati batas desa, kami tiba di perkebunan warga yang kebetulan di jalur pendakian. Warga di sini banyak tanam sayur dan juga kopi bu, setelahnya kami baru masuk hutan dan tiba di pos satu.

Foto 1. (dari kiri ke kanan) Papank, Hapis, Aris, Imam, Adi, Aip. Basecamp Sagara

Ada dua-tiga orang yang masih belum banyak pengalaman pada pendakian kali ini, tapi dari ber enam untuk masalah fisik saya yakin hanya empat diantara kami. Ada Aris yang dulu nya anak mapala di SMA dan kuliah beliau spesialis tim medis dan bangun tenda. Aris bawa adik nya bu, Adi namanya fisik nya kuat dan tas nya yang paling berat diantara kita tim bangun tenda dan angkut angkut hehe. Kemudin ada Papank si paling rapih paling proper beliau tim masak masak bu. Yang keempat ada hapis ini yang badannya paling kecil tapi duluan nikah dia juga masak bu. Dan yang kelima ada Imam bu tim siap sedia terus sama penyetel lagu di jalan sholawatan asik dahh sukanya joget bu. Dan terakhir saya penggembira saja dan mencoba membagi energi positif hahaha. Di pos satu kami ber enam istirahat dan gak lama kemudian hujan turun.

Foto 2. Jalur pendakian ke Pos 1

Waktu sudah mendekati magrib dan hujan juga belum sepenuh nya reda. Agar tidak menunggu magrib di jalur kami menyelesaikan adzan magrib di pos satu lalu kembali lagi mendaki. Hujan sudah lumayan reda hanya tersisa gerimis sepertinya tapi tetap mantol masih terpasang. Senter senter sudah keluar dari kantung karena jalur semakin gelap. Penerangan kami hanya dari senter karena pantulan sinar dari rembulan belum menampakan cantiknya, tertutup awan gelap yang makin deras mengucurkan airnya. Yaa bu, di perjalan hujan semakin deras jalur pendakian pun yang dikira gampang malah semakin terjal menantang. Semua terkejut dengan jalur gunung ini yang sepertinya bisa santai malah sepertinya akan ter”bantai” hehehe .

Selain hujan semakin deras dan trek yang curam ditambah lagi dengan jalur air yang melewati jalur pendakian kita. Sudah saja itu seperti berjalan naik air terjun. Atas di guyur hujan eh bawah di terpa jalur air. Lengkap sudah hujan hujanan kita bu. Ternyata belum habis di sini tantangan yang diberikan, teman saya imam yang tadi nya suka joget sekarang menggigil kedinginan jas hujannya gasanggup lagi menahan intensitas hujan di sagara. Hujan deras, jas hujan rembas, tas semakin berat, jalur juga tidak ada landai nya sama sekali. 

Foto 3. Pos 1

Pendakian masih kita teruskan bu, rencana awal kita akan camp di POS 4 karena itu adalah tempat camp terdekat. Saat itu masih perjalanan dari pos 1 ke pos 2. Tak lama kami sampai di pos 2 bu, kita istirahat sebentar sembari mengecek kondisi badan semua nya. Imam yang menggigil tadi semakin parah, Syukur teman yang lain mengerti dan lebih semangat agar tidak jatuh mental nya. Imam kami tanyakan kondisi nya tidak mau menjawab, disuruh tukar tas diam saja, hingga kita teriak menanyakan dia tetap diam saja bu. Keadaan makin tidak kondusif bu, di pos 2 pun tidak ada lahan yang cukup untuk mendirikan tenda. Imam akhirnya mau bertukar tas dengan yang lebih ringan tetapi jas hujannya sudah rembes kemana-mana. Teman teman semua bingung, saya yang ditanya dan harus memutuskan harus bagaimana bu. Saya meyakinkan kelompok untuk terus ke pos 3. Saya berfikir kalau kita berbalik turun maka teman teman juga akan semakin khawatir dan jatuh mental nya, saya yakin kan untuk naik dan terus bicara agar tidak ada pikiran kosong dan berfikir makin negatif buat aku dan juga teman teman ku bu. Semua mendukung keputusan ku. Saya berharap di pos 3 ada lahan yang cukup untuk membuat tenda. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 di mulai.

Kami membuat jarak antar orang di rombongan semakin rapat agar mudah menolong teman yang di dekatnya. Dari pos 2 ke pos 3 lebih banyak berhenti karena kondisi imam makin kurang baik. Waktu perjalanan jadi semakin lama. Tetap kami saling mendukung dengan menyemangati, mengajak bicara, sesekali bergurau agar tetap santai dan tenang di jalur. Hujan masih deras dengan jalur yang naik terus, belum lagi aliran air yang juga makin deras. Hampir satu setengah jam lebih kami berjalan akhirnya sampai di pos 3. Lahannya cukup luas dan setelah kita mengecek ada lahan yang bisa untuk mendirikan tenda. Kami putuskan istirahat di pos 3. Semua bergerak cepat membangun tenda dan juga ada yang langsung memasak air panas, hujan pun tinggal gerimis saja.

Memang manusia tidak punya kuasa apa apa, hanya bisa mematangkan sampai rencana saja. Dalam proses kita tidak bisa  mengatur apa apa, Alam tak pandang bulu mana pemula mana yang sudah terlatih baik pada kondisi apapun. Semua punya ancaman yang sama. Jika menyepelekan kemanan mendaki saya sudah tidak tau akan seperti apa diatas kemarin bu. Syukur teman teman juga saling mendukung melihat teman yang sedang down kita malah semakin menebalkan mental agar tidak down juga. Dan saya sangat merasakan kebersamaan untuk saling menolong bukan saling berfikir ego masing masing. Fisik boleh kecil tapi karena mental yang baik kekuatan fisik pun semakin baik, berlaku sebaliknya. Beban di pundakku sudah tidak terasa saat beban untuk menyemangati teman agar tetap sadar jauh lebih berat dan saat itu mental juga semakin harus tebal. Tenda sudah berdiri minuman hangat juga sudah dicicipi. Berganti baju yang kering dan memasak nasi untuk makan malam semua bergerak berirama yang merdu. 

Makanan sudah siap kita sudah berkumpul dalam satu tenda. Imam sudah hangat pakai baju kering kupluk dan sarung tangan juga di dalam SB dia tidur kelelahan. Karena aris yang menjaga dia sudah paham penanganan kesehatan juga jadi saya lega dia tidur. Karena belum masuk makanan semenjak sore dan terkuras habis tenaga karena pendakian tadi kami semua harus makan sebelum tidur, Imam juga harus bangun dan makan sebelum tidur kembali. Di sini kita tidak mengira akan sulit sekali membangunkan imam, kami sempat panik takut tidak bisa bangun. Papank yang berbadan besar teriak membangunkan imam sembari tangan nya menjewer kedua kuping imam, adi menyarankan untuk menekan nekan jempol kaki imam saya melakukannya. 5 menit kurang lebih susah sekali dibangunkan imam, badannya hangat tapi susah sekali bangun. Kata papank tidur nya terlalu dalam jika dibiarkan tidak bangun dan makan akan bahaya sekali bagi tubuhnya. Pikiranku sudah tidak karuan, papank terus usaha saya juga menekan terus jempol nya yang lain teriak dan berdoa agar tidak trjadi hal yang buruk kepada imam. Akhirnya ngelilir dan imam bangun, semua lega dan langsung makan. Itu 5 menit terlama dalam pengalamanku naik gunung bu.

Perut sudah terisi penuh dan badan sudah hangat waktunya tidur. Malam pertama belum selesai. Kami mendirikan dua tenda bu, yang besar isi empat orang dan yang kecil isi dua orang. Saya di tenda kecil bersama papank bu. Hujan juga sudah reda bu, samping ku jurang dan sulit ada orang untuk jalan. Tetapi perasaan ku belum tenang karena ini bukan pos yang di saran kan untuk mendirikan tenda dan juga tetiba ada suara kaki melangkah dari arah jurang. Suara langkah nya bolak balik di sampingku, papank di sampingku sudah terlelap dan tidak mendengar sepertinya. Khawatirku lebih ke teman ku imam bu, hingga saya berharap tidak apa apa barang kami yang diluar hilang asal jangan teman ku imam yang hilang. Karena terlalu lelah akhirnya saya juga terlelap bu. Tapi malam itu malam yang panjang sesekali saya bangun tidak nyenyak tidurnya.

Foto 4. Lokasi Tenda di Pos 3 pagi hari

Akhirnya pagi hari kedua tiba. Saya yang bangun paling akhir sepertinya hehehe. Semua sudah menjemur baju baju yang basah untuk dipakai kembali lagi pas mendaki. Ada yang sudah minum hangat dan bersantai. Kondisi imam juga membaik dia sudah bangun dan mengambil beberapa gambar di sekitar pos 3. Syukurlah malam yang panjang sudah terlewati. Cerah sekali pagi ini karena hujan kemarin malam jadi kabut juga tidak ada. Sarapan pagi ini bubur kacang hijau bu, hapis papank da naris yang jadi juru masaknya. Nikmat sekali pakai roti tawaar hehehe. Setelah makan kami bersiap untuk naik kembali. Berberes tenda pakai baju pendakian dan kita putuskan tanpa kata kita akan naik kembali dan camp di puncak. Melihat kondisi teman teman sudah bugar kembali saya percaya diri semua kuat hingga atas.

Hari kedua lebih cerah dan bisa bercanda pun berjoget kembali. Pendakian sekarang lebih santai dan tidak buru-buru. Singkat nya kami sampai puncak mendirikan tenda di dekat puncak yang lebih baik dari pos 3 kemarin malam hehehe. Setelah menikmati malam kedua dengan agenda pembacaan puisi pakde Joko Pinurbo bergiliran kami pun tidur, sudah makan juga tentunya. Pagi harinya kabut bu tidak dapat sunrise kami. Yasudah menunggu terang kami berfoto di puncak sambil bercengkrama dengan tenda tenda tetangga. Lalu menjelang siang makan dan bergegas turun bu. Perjalan turun lancer hingga pos 1 dan sudah mulai mau hujan lagi. Kami memutuskan naik jasa ojek untuk pulang nya hehe.

Foto 5. Puncak Gunung Sagara 2132 MDPL

 Beruntung sekali kami naik jasa ojek, ternyata ojek yang kami sewa salah satu nya punya kebun kopi dan pengolahan kopi. Setelah sampai bawah kami mampir ketempat pengolahan kopi karena mau membeli kopi khas sagara juga bu. Kami di buatkan kopi ngobrol-ngobrol dan bertukar kontak. Saya juga membeli setengah kilo greenbeans kopi sagara bu. Lepas jam 5 sore kami pulang menuju sumedang ke tempat mertua dari hapis. 

            Setelah pendakian ini entah dari mana datang nya seperti kedekatan kami ber enam semakin erat. Ini menjadi perjalanan yang akan di ingat dalam pikir juga dalam rasa. Makin memahami karakter satu sama lain juga kenal dengan kawan pendaki lain dan ga lupa sama warga sagara yang sangat ramah. Rasa nya seperti di kampung sendiri. Ada haru yang datang ketika kita mulai pulang dan menjauh dari sagara.

 

Foto 6. Bercengkrama di pengolahan kopi Sagara

Terima kasih bu sudah membacanya hingga tuntas. Ibu juga jadi penyemangat saya untuk menyelesaikan tulisan ini.

Selasa, 26 Mei 2020

Keputusan Detik Terakhir

Sering kali kita memiliki kekuatan lebih saat terpepet. Maling yang dikejar warga bisa berlari dan melompat dua kali lebih baik dari kemampuannya, atau mahasiswa yang mengerjakan tugas dijam-jam terakhir akan dikumpulkan, atau bahkan membantu pengendara motor yang kehabisan bensin walau malam hari dan sudah dekat rumah tetiba saat melewatinya hati kecil berkata "tolong aja, Sebentar paling nyari bensin di depan Sana" akhirnya putar balik dan mendorong nya.

Kekuatan-kekuatan di detik terakhir bisa sangat besar. Besar nya sama antara berbuat baik atau buruk. Tanpa disadari juga kekuatan besar itu terjadi karena adanya tekanan yang besar pula, saat itu jantung berdebar cepat, gelisah sekujur tubuh, desakan pikiran yang khawatir. Pengambilan keputusan nya bisa berasal dari logika atau juga logika yang didasari nurani.
Nurani lah yang sering kali membuat keputusan-keputusan yang memanusiakan manusia. Beruntung lah kalian yang masih memiliki nurani. Dipupuk hebat oleh lingkungan kalian, keluarga utamanya, lingkungan permainan Dan juga sekolah. Pendidikan tentang agama juga berdampak baik terhadap nurani yang mendasari logika.

Aku juga sangat merasakan keberadaan nurani saat detik terakhir pengambilan keputusan, aku tidak mengindahkan nurani. Seperti "nanti ajadeh masih 3jam lagi dikumpulin tidur dulu 15 menit masih bisa" ternyata terlewat 3jam lebih tidur disitu nurani mengambil perannya rasa menyesal menyerang. Atau setelah melewati pengendara motor yang kehabisan bensin, kita tak acuh dan melewati saja, saat di rumah berfikir bagaimana pengendara itu masih menuntun Kah atau malah ada orang yang berniat buruk ataubahkan bagaimana jika aku juga Tak dihiraukan pengendara lain saat kehabisan bensin. Perasaan menyesal dan khawatir akan hilang jika keputusan detik terakhir yang aku ambil adalah keputusan yang didasari nurani. Rasa lega dan plong di hati akan lebih mudah menjalani hari-hari selanjutnya. Tidak menunda pekerjaan, menolong sesama, bertanggung jawab atas pendidikan atau pekerjaan, itu semua jika didasari nurani akan menghilangkan penyesalan. Karena yang Dari hati akan menenang Kan hati.

Terima kasih nurani.

Senin, 06 Januari 2020

Tentang senin di awal tahun (sajak)

Kepada Nya yang menciptakan senin
Oleh mereka yang mengeluh dan mengaduh kepada senin
Dengan hebat Nya membuat mereka kembali lagi mengingat Nya
Supaya dikuatkan dan diteduhkan oleh Nya

Di kotak triplek ukuran Tiga Kali Tiga
Diguyur air bertumpah ruah dari angkasa
Kepala mengurai kusut benang
Berharap jiwa kelak tenang

Menunggu kabar tentang terang
Saat yang disayang masih berenang

Sabtu, 30 November 2019

Pilihan dan pengorbanan

Tak seperti kota-kota lain, ya sejati nya semua Kota berbeda, seperti manusia tidak Ada yang Sama. Bahkan yang kembar identik pun pasti berbeda. Di stasiun yang menjadi pemberhentian jika ingin ke purworejo ini aku tiba pukul Dua pagi. Di perjalanan menuju jogja aku harus menyambung kereta Dari pasar senen Lalu kutoarjo Dan disambung kutoarjo Lalu lempuyangan. Ada beberapa pilihan setelah sampai di stasiun ini. Pertama kereta lodaya yang langsung menyambung hanya selang 15 menit dengan tarif 25rb, Ada juga dengan kereta kelas eksekutif yaitu turangga dengan harga 110rb, bisa juga kereta jam 2.56 tidak lain adalah argolawu yang pemberhentian terakhirnya solo balapan bisa ditumpangi dengan merogoh kocek 45rb. Tetapi aku lebih memilih menghemat pengeluaran ku walaupun agak menunggu lebih lama, dengan kereta prameks yang baru beroperasi jam 6 pagi. Tidak apalah toh jadi bisa merasakan lebih lama suasana dini Hari di area stasiun kutoarjo, dengan kopi panas Dan indomie ehee, selain itu harganya juga sangat terjangkau hanya 8rb rupiah. Prameks baru bisa di pesan mulai pukul 3 pagi. Oiya kereta yang aku gunakan Dari pasar senen menuju kutoarjo adalah sawunggalih kereta ekonomi yang berkelas premium. Di sawunggalih ini Ada Dua pilihan kelas eksekutif Dan ekonomi(premium). Jelas Saya pilih ekonomi, dan Saya baru Tau jika biasanya lampu kereta api malam Hari itu selalu menyala terang hingga Tiba di tujuan ternyata di kereta ini saat jam 10 malam lampunya berganti dari putih terang menjadi lampu kuning hangat, yang tidak terlalu remang tapi nyaman untuk tidur. Entah memang sudah lama atau baru saja, tetapi Saya baru Tau sudah dilengkapi fasilitas seperti itu. Ah memang Saya saja yang sudah lama tidak Naik kereta hehe.

Setelah menunggu hingga jam 3 pagi, akhir nya Saya orang pertama yang beli tiket pramexs di stasiun kutoarjo pagi itu. Lalu istirahat dan tertidur hingga terang Dan jam menunjukan pukul 5.15. saat Saya antri masuk Peron ternyata sudah ramai sekali antriannya mungkin Ada sekitar 20meter lebih. Singkat nya Saya Naik kereta pramexs tersebut, berangkat jam 6.00 pas Dan sampai di lempuyangan jam 07.16.

Yang Saya lihat untuk berpindah Dari satu tempat ke tempat lain ternyata dihadapkan pada pilihan dan pengorbanan. Seperti memilih kereta Dari kutoarjo ke jogja saja banyak pilihan Dan pengorbanan nya. Jika tidak bisa mengorbankan waktu untuk menunggu maka akan mengorbankan uang yang lebih, jika dirasa sayang mengorbankan uang lebih banyak maka akan mengorbankan waktu lebih lama untuk menunggu. Dalam hidup kita sering diberi pilihan Dan pengorbanan, yang harus diperhatikan disini adalah bagaimana kalian paham betul apa yang dapat kalian korbankan dan apa yang Tak bisa kalian korbankan. Menuju dewasa adalah lebih bijak untuk mengorbankan, selain untuk orang lain juga untuk raga, pikiran, Dan ekonomi diri sendiri. Selamat mengambil pilihan selamat berkorban :)

Cerita Pendakian Sagara ke Ibu

  Gunung Sagara, Garut, Jawa Barat.   Bu, pekan lalu saat libur panjang Saya naik gunung lagi bu. Kali ini di daerah Garut bu. Namanya G...