Gunung
Sagara, Garut, Jawa Barat.
Bu, pekan
lalu saat libur panjang Saya naik gunung lagi bu. Kali ini di daerah Garut bu.
Namanya Gunung Sagara. Gak pernah tau gunung ini saya bu karena teman saya
ingin ikut naik dan kondisi istri nya sedang hamil jadi memilih gunung yang
dekat dengan rumah mertua nya di Sumedang, akhirnya terpilihlah Gunung Sagara
di Garut Jawa barat.
Lumayan
sulit mendapat info gunung ini bu. Kita dapat dari youtobe dan blog, itu pun
terbaru nya februari 2020 dan di youtube hanya perjalanan motor saja, oiya sama
suasana puncak. Jalur mobil, jalur pendakian, waktu pendakian dan juga medan
pendakian tidak kita dapat bu. Karena melihat ketinggian gunung nya 2132 mdpl
kami agak meringankan gunung ini dan berencana kemping ceria hehehe. Tapi tetap
perlengkapan pribadi harus safety karena tidak tau bagaimana kondisi di atas.
Kami masih
di Bekasi dan rencana akan berangkat hari selasa malam bu. Setelah perlengkapan
pribadi dan kelompok lengkap kami meluncur ke sumedang. Oiya kami bertujuh bu..
eh tidak, kami berdelapan dengan adik bayi yang duduk nyaman di Rahim ibunya
hehe.
Perjalanan
ke sumedang kami pakai mobil Suzuki taft bu, punya temanku. Kurang lebih dari
Bekasi ke sumedang melalui waktu tiga sampai empat jam perjalanan. Kami tiba
kira kira jam setengah dua di rumah mertua kawan saya bu. Walau libur panjang
jalan ke sumedang lumayan lengang bu, hanya di jumpai jalan merayap di beberapa
titik. Oiya kami keluar tol di cileunyi bu dan melewati Universitas Padjajaran.
Sesampainya
di rumah kami langsung disuguhi teh hangat. Dingin sekali di sumedang bu sampai-sampai
teh panas jika terlalu lama di diamkan jadi esteh hehehe. Segar sekali di sini
bu daerahnya di kelilingi perbukitan dan gunung-gunung cocok banget untuk
bersantai saat menua. Mungkin ibu pernah ke daerah sini bu. Seingat saya ibu
dulu tinggal di bandung kan? Hehe. Kami meninap semalam dan berencana hari rabu
mulai pendakian.
Setelah
bangun pagi (cenderung siang) kami siap-siap pergi ke pasar membeli keperluan
perut untuk di atas gunung. Ke pasar kami tidak sendiri bu, ditemani AKAMSI
(Anak kampung sini) hehe Ibu mertua dan istri serta anak nya teman saya bu
hehehe. Setelah semua siap lalu berpamitan dengan ibu dan istri teman saya kami
ber 6 berangkat ke Garut.
Kami sampai
di basecamp gunung sagara via sagara setelah dua jam perjalanan dari sumedang.
Sekitar jam dua sore setelah membereskan pendaftaran dan parkir mobil kami
bersiap dan mengisi perut sebelum pendakian. Kurang lebih setelah ashar kami
sudah siap mendaki.
Langit
setengah mendung tapi kami percayadiri karena info dari pos pendaftaran lama
pendakian hingga area camp tiga sampai empat jam. Baiklah sebelum malam betul
kami sudah mendirikan tenda dan menghangatkan badan pikir kami. Dari pos
pendaftaran ada jasa ojek hingga pos satu, tapi karena kami santai dan ingin
mencoba tanpa ojek juga akhirnya kami putuskan tidak naik ojek bu. Setelah
berdoa dan sorak yel-yel tidak jelas biar seru saja kami memulai pendakian.
Dari
basecamp menuju pos satu melewati desa sagara. Jalanan di dominasi aspal dan
cor cor an perkampungan, berjalan naik di aspal atau cor an lebih melelahkan
dari pada di tanah bu, setelah melewati batas desa, kami tiba di perkebunan
warga yang kebetulan di jalur pendakian. Warga di sini banyak tanam sayur dan
juga kopi bu, setelahnya kami baru masuk hutan dan tiba di pos satu.
Waktu sudah
mendekati magrib dan hujan juga belum sepenuh nya reda. Agar tidak menunggu
magrib di jalur kami menyelesaikan adzan magrib di pos satu lalu kembali lagi
mendaki. Hujan sudah lumayan reda hanya tersisa gerimis sepertinya tapi tetap
mantol masih terpasang. Senter senter sudah keluar dari kantung karena jalur
semakin gelap. Penerangan kami hanya dari senter karena pantulan sinar dari
rembulan belum menampakan cantiknya, tertutup awan gelap yang makin deras
mengucurkan airnya. Yaa bu, di perjalan hujan semakin deras jalur pendakian pun
yang dikira gampang malah semakin terjal menantang. Semua terkejut dengan jalur
gunung ini yang sepertinya bisa santai malah sepertinya akan ter”bantai” hehehe
.
Selain hujan semakin deras dan trek yang curam ditambah lagi dengan jalur air yang melewati jalur pendakian kita. Sudah saja itu seperti berjalan naik air terjun. Atas di guyur hujan eh bawah di terpa jalur air. Lengkap sudah hujan hujanan kita bu. Ternyata belum habis di sini tantangan yang diberikan, teman saya imam yang tadi nya suka joget sekarang menggigil kedinginan jas hujannya gasanggup lagi menahan intensitas hujan di sagara. Hujan deras, jas hujan rembas, tas semakin berat, jalur juga tidak ada landai nya sama sekali.
Pendakian
masih kita teruskan bu, rencana awal kita akan camp di POS 4 karena itu adalah
tempat camp terdekat. Saat itu masih perjalanan dari pos 1 ke pos 2. Tak lama
kami sampai di pos 2 bu, kita istirahat sebentar sembari mengecek kondisi badan
semua nya. Imam yang menggigil tadi semakin parah, Syukur teman yang lain
mengerti dan lebih semangat agar tidak jatuh mental nya. Imam kami tanyakan
kondisi nya tidak mau menjawab, disuruh tukar tas diam saja, hingga kita teriak
menanyakan dia tetap diam saja bu. Keadaan makin tidak kondusif bu, di pos 2
pun tidak ada lahan yang cukup untuk mendirikan tenda. Imam akhirnya mau
bertukar tas dengan yang lebih ringan tetapi jas hujannya sudah rembes
kemana-mana. Teman teman semua bingung, saya yang ditanya dan harus memutuskan
harus bagaimana bu. Saya meyakinkan kelompok untuk terus ke pos 3. Saya
berfikir kalau kita berbalik turun maka teman teman juga akan semakin khawatir
dan jatuh mental nya, saya yakin kan untuk naik dan terus bicara agar tidak ada
pikiran kosong dan berfikir makin negatif buat aku dan juga teman teman ku bu.
Semua mendukung keputusan ku. Saya berharap di pos 3 ada lahan yang cukup untuk
membuat tenda. Perjalanan dari pos 2 ke pos 3 di mulai.
Kami
membuat jarak antar orang di rombongan semakin rapat agar mudah menolong teman
yang di dekatnya. Dari pos 2 ke pos 3 lebih banyak berhenti karena kondisi imam
makin kurang baik. Waktu perjalanan jadi semakin lama. Tetap kami saling
mendukung dengan menyemangati, mengajak bicara, sesekali bergurau agar tetap
santai dan tenang di jalur. Hujan masih deras dengan jalur yang naik terus,
belum lagi aliran air yang juga makin deras. Hampir satu setengah jam lebih
kami berjalan akhirnya sampai di pos 3. Lahannya cukup luas dan setelah kita
mengecek ada lahan yang bisa untuk mendirikan tenda. Kami putuskan istirahat di
pos 3. Semua bergerak cepat membangun tenda dan juga ada yang langsung memasak
air panas, hujan pun tinggal gerimis saja.
Memang manusia tidak punya kuasa apa apa, hanya bisa mematangkan sampai rencana saja. Dalam proses kita tidak bisa mengatur apa apa, Alam tak pandang bulu mana pemula mana yang sudah terlatih baik pada kondisi apapun. Semua punya ancaman yang sama. Jika menyepelekan kemanan mendaki saya sudah tidak tau akan seperti apa diatas kemarin bu. Syukur teman teman juga saling mendukung melihat teman yang sedang down kita malah semakin menebalkan mental agar tidak down juga. Dan saya sangat merasakan kebersamaan untuk saling menolong bukan saling berfikir ego masing masing. Fisik boleh kecil tapi karena mental yang baik kekuatan fisik pun semakin baik, berlaku sebaliknya. Beban di pundakku sudah tidak terasa saat beban untuk menyemangati teman agar tetap sadar jauh lebih berat dan saat itu mental juga semakin harus tebal. Tenda sudah berdiri minuman hangat juga sudah dicicipi. Berganti baju yang kering dan memasak nasi untuk makan malam semua bergerak berirama yang merdu.
Makanan
sudah siap kita sudah berkumpul dalam satu tenda. Imam sudah hangat pakai baju
kering kupluk dan sarung tangan juga di dalam SB dia tidur kelelahan. Karena
aris yang menjaga dia sudah paham penanganan kesehatan juga jadi saya lega dia
tidur. Karena belum masuk makanan semenjak sore dan terkuras habis tenaga
karena pendakian tadi kami semua harus makan sebelum tidur, Imam juga harus
bangun dan makan sebelum tidur kembali. Di sini kita tidak mengira akan sulit
sekali membangunkan imam, kami sempat panik takut tidak bisa bangun. Papank
yang berbadan besar teriak membangunkan imam sembari
tangan nya menjewer kedua kuping imam, adi menyarankan untuk menekan nekan
jempol kaki imam saya melakukannya. 5 menit kurang lebih susah sekali
dibangunkan imam, badannya hangat tapi susah sekali bangun. Kata papank tidur
nya terlalu dalam jika dibiarkan tidak bangun dan makan akan bahaya sekali bagi
tubuhnya. Pikiranku sudah tidak karuan, papank terus usaha saya juga menekan
terus jempol nya yang lain teriak dan berdoa agar tidak trjadi hal yang buruk
kepada imam. Akhirnya ngelilir dan imam bangun, semua lega dan langsung makan.
Itu 5 menit terlama dalam pengalamanku naik gunung bu.
Perut sudah
terisi penuh dan badan sudah hangat waktunya tidur. Malam pertama belum
selesai. Kami mendirikan dua tenda bu, yang besar isi empat orang dan yang
kecil isi dua orang. Saya di tenda kecil bersama papank bu. Hujan juga sudah
reda bu, samping ku jurang dan sulit ada orang untuk jalan. Tetapi perasaan ku
belum tenang karena ini bukan pos yang di saran kan untuk mendirikan tenda dan
juga tetiba ada suara kaki melangkah dari arah jurang. Suara langkah nya bolak
balik di sampingku, papank di sampingku sudah terlelap dan tidak mendengar
sepertinya. Khawatirku lebih ke teman ku imam bu, hingga saya berharap tidak
apa apa barang kami yang diluar hilang asal jangan teman ku imam yang hilang.
Karena terlalu lelah akhirnya saya juga terlelap bu. Tapi malam itu malam yang
panjang sesekali saya bangun tidak nyenyak tidurnya.
Akhirnya
pagi hari kedua tiba. Saya yang bangun paling akhir sepertinya hehehe. Semua
sudah menjemur baju baju yang basah untuk dipakai kembali lagi pas mendaki. Ada
yang sudah minum hangat dan bersantai. Kondisi imam juga membaik dia sudah
bangun dan mengambil beberapa gambar di sekitar pos 3. Syukurlah malam yang
panjang sudah terlewati. Cerah sekali pagi ini karena hujan kemarin malam jadi
kabut juga tidak ada. Sarapan pagi ini bubur kacang hijau bu, hapis papank da
naris yang jadi juru masaknya. Nikmat sekali pakai roti tawaar hehehe. Setelah
makan kami bersiap untuk naik kembali. Berberes tenda pakai baju pendakian dan
kita putuskan tanpa kata kita akan naik kembali dan camp di puncak. Melihat
kondisi teman teman sudah bugar kembali saya percaya diri semua kuat hingga
atas.
Hari kedua
lebih cerah dan bisa bercanda pun berjoget kembali. Pendakian sekarang lebih
santai dan tidak buru-buru. Singkat nya kami sampai puncak mendirikan tenda di
dekat puncak yang lebih baik dari pos 3 kemarin malam hehehe. Setelah menikmati
malam kedua dengan agenda pembacaan puisi pakde Joko Pinurbo bergiliran kami
pun tidur, sudah makan juga tentunya. Pagi harinya kabut bu tidak dapat sunrise
kami. Yasudah menunggu terang kami berfoto di puncak sambil bercengkrama dengan
tenda tenda tetangga. Lalu menjelang siang makan dan bergegas turun bu.
Perjalan turun lancer hingga pos 1 dan sudah mulai mau hujan lagi. Kami memutuskan
naik jasa ojek untuk pulang nya hehe.
Foto 5. Puncak Gunung Sagara 2132 MDPL
Setelah pendakian ini entah dari
mana datang nya seperti kedekatan kami ber enam semakin erat. Ini menjadi
perjalanan yang akan di ingat dalam pikir juga dalam rasa. Makin memahami
karakter satu sama lain juga kenal dengan kawan pendaki lain dan ga lupa sama
warga sagara yang sangat ramah. Rasa nya seperti di kampung sendiri. Ada haru
yang datang ketika kita mulai pulang dan menjauh dari sagara.
Terima kasih bu sudah membacanya hingga tuntas. Ibu juga jadi penyemangat saya untuk menyelesaikan tulisan ini.